Archive for September, 2014

Kegiatan KKN Girikerto, Turi, Sleman

Wednesday, September 3rd, 2014

Oktober 2004 sampai dengan Februari 2008, saya menempuh studi lanjut di Thailand dan Jepang. Maka pada periode itu tidak ada jejak karya ketekniksipaln yang bisa saya tuangkan. Praktis pada masa itu saya hanya berkutat dengan kuliah dan penelitian disertasi s3 saya.

Sepulang dari studi lanjut, saya menjadi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN UGM periode antar semester 2008/2009. Lokasinya ada di Desa Girikerto, Turi, Sleman. Program utama yang diangkat pada kegiatan itu adalah membuat instalasi pengolahan air untuk menurunkan kadar Fe dari mata air yang ada. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa mata air yang berada di kaki Gunung Merapi akan banyak mengandung kadar Fe, dan bila jumlahnya melebihi ambang batas maka mejadi tidak aman untuk dikonsumsi. Padahal, pada musim kemarau, warga masyarakat biasanya mengandalkan sumer mata air untuk memenuhi kebutuhan air bersih rumah tangga.

Program KKN selanjuntnya membuat instalasi aerator dan saringan pasir cepat. Setelah instalasi dibangun, kadar Fe pada air dari sumber mata air dicek dan ternyata kadar Fe-nya turun. Artinya pembuatan isntalasi pengolah air berhasil. Setelah air dilewatkan instalasi pengolah, seanjutnya disalurkan ke hiduran umum dengan pipa sumbangan dari Satker Pengairan SNVT PU. Berikut adalah gambar-gambar instalasi kincir aerator dan saringan pasir cepat serta sebagian anggota KKN.

Pada tahun 2014, saya dapat informasi bahwa instalasi kincir aeratornya sudah rusak terkena banjir. Namun jaringan pipa dan hidran umum yang kami bangun saat itu masih bisa berfungsi dengan baik. Ternyata warga belum mampu (atau tidak mampu) membuat kincir aerator sendiri walaupun sesungguhnya cukup sederhana. Sebagai catatan, mestinya alih teknologi itu bisa diberikan ke masyarakat sehingga proses perawatan dan perbaikan bisa dikerjakan oleh masyarakat sendiri.

Pasar Ikan Higienis Yogyakarta

Wednesday, September 3rd, 2014

Pasar Ikan Higienis Yogyakarta adalah bangunan kedua yang saya hitung strukturnya. Bangunan ini juga biasa saja, baerupa bangunan beton dan dinding pasangan batu satu lantai. Atapnya menggunakan rangka baja dari pipa. Yang cukup menantang secara struktural adalah menara tandon air yang menampung sekitar 20 mete kubik air pada ketinggian sekitar 15 meter. Pasar ikan ini dibangun pada tahun 2004.

 

http://3.bp.blogspot.com/_RGdko3ra5uk/TLBowyPwMaI/AAAAAAAAAA8/r5n7Z9_P0Z4/s1600/pasar_ikan_higienies03.jpg

Pada masa pelaksanaanya, ada kekeliaruan dari drafter yang menggambar fondasi telapak menara terbuat dari pasangan batu kali. Padahal seharusnya pasangan batu kali adalah fondasi sumuran bertulang (caisson), lalu di atasnya ada blok massa beton bertulang setebal sekitar 70 cm sebagai perata beban menara dan sekaligus memberikan massa yang cukup besar di bawah menara. Akhirnya pada masa pelaksanaan disepakati perbaikan gambar dan kontrkator membangun menara airnya sesuai yang dengan yang saya rencanakan.

Sehari setelah gempa Jogja di tahun 2006, saya juga sempatkan untuk menengok bangunan ini. Meskipun hanya melihat dari luar pagar, saya lega karena menara penampung air masih berdiri dengan kokoh. Seperti sudah diketahui, menara dengan massa di atas adalah struktur yang riskan mengalami kerusakan pada saat terjadi gempa.

Bagi perencana struktur pemula, perhitungan struktur menara air benar-benar membaut saya harus berpikir keras. Untuk meyakinkan bahwa hitungan saya bisa diterima, saya harus berkeliling melihat-lihat struktur menara air yang ada di sekitar Jogja, dan menara air dengan volume tampungan dan ketinggian yang mirip akan saya jadikan acuan. Ya biar jadi pembanding, karean belum berpengalaman. Setelah dibanding-bandingkan, terutama dimensi kolomnya, saya cukup yakin hitungan saya cukup aman.

Semoga bangunan Psar Ikan tersebut bisa berdiri dan berfungsi dengan baik pada waktu yang lama. Amiin.

Musola Pascasarjana UGM

Wednesday, September 3rd, 2014

http://hardivizon.com/wp-content/uploads/2014/07/masjid-07-430×247.jpg

Musola Pascasarjana UGM adalah bangunan yang pertama kali saya hitung struktur betonnya. Kelihatannya bangunannya tidak terlalu besar, namun bagi saya itu adalah tantangan pertama sebagai seorang sarjana teknik sipil. Bangunan musola dibangun pada tahun 2003, pada saat itu seingat saya ketua Pascasarjana UGM adalah Prof. Mursyidi.

Struktur Musola Pascasarjana UGM memberikan tantangan berupa bentang yang cukup panjang agar bisa berada di atas danau kecil di sisi timur Gedung Pascasarjana UGM. Bentang balok yang menyangga lantai musola sekitar 12 meter, dengan beban mati plat lantai beton 15 cm dan urugan pasir setinggi 15 cm. Sepertinya tidak ada yang terlalu istimewa, namun bagi saya waktu itu, ini adalah pekerjaan pertama yang harus saya desain elemen-elemen strukturnya.

 

Alhamdulillah bangunan itu masih berdiri dengan baik sampai saat ini. Pada saat terjadi Gempa Yogyakarta ahun 2006, saya langsung mendatangi bangunan tersebut untuk melihat apakah ada kerusakan yang terjadi pada bangunan akibat getaran gempa. Alhamdulillah, bangunan musola tetap utuh, tidak dijumpai adanya kerusakan pada strukturnya. So far, hitungan struktur beton yang saya lakukan cukup aman, bahkan kalau mau diteliti lebih lanjut mungkin berlebihan. Namun bagi saya saat itu lebih baik berlebihan tapi aman daripada mengutamakan efesiensi namun angka keamanannya kecil. Maklum, masih pemula saat itu.

Semoga bangunan Musola Pascaragana UGM bisa berdiri dengan baik sampai waktu yang lama dan bisa berfungsi sebagai tempat solat bagi civitas akademika Pascasarjana UGM. Amiin.